Pengertian Proses Sosial
Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, antara berbagai segi kehidupan orang perorang atau kelompok secara bersama. Proses sosial perlu dipelajari dan dipahami dalam menelaah masyarakat agar bisa memperoleh pengertian dari pergerakan yang ada di dalam masyarakat (dinamikanya). Munculnya perhatian terhadap proses sosial ini di awali dari masyarakat yang memiliki dua sisi. Sisi pertama yakni statis (tetap), yang cenderung sama dan tidak berubah seperti struktur masyarakat dan segi kedua yakni dinamis (bergerak) yang bisa diamati dari fungsi masyarakat. Dengan demikian proses sosial dapat didefinisikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan kata lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara perbagai segi kehidupan bersama (Soekanto, 2012).
Studi sosiologi terhadap sisi statis masyarakat dilakukan dengan cara memahami struktur social seperti Kelompok sosial, institusi sosial, kebudayaan, stratifikasi sosial dan kekuasaan. Dalam sisi yang dinamis masyarakat dapat dilakukan melalui pemahaman terhadap proses-proses social yang terjadi dalam masyarakat.
![]() |
image source: |
baca juga: Bidang dan Metode Penelitian Sosiologi Menurut Para Ahli
Proses-proses sosial mendasar
Memahami masyarakat tanpa memahami proses sosial tidak akan menghasilkan pengkajian yang lengkap terhadap masyarakat. Perlu sekali dibahas bagaimana bentuk-bentuk proses social, sehingga gambaran dan pemahaman tentang masyarakat akan semakin lengkap. Disini kita hanya membahas sedikit dari proses-proses sosial mendasar.
Menurut Karl Mannheim dalam bukunya Systematic Sosiology, menyebutkan ada beberapa bentuk proses sosial mendasar yang sangat penting untuk dipahami yaitu, Kontak Sosial dan Jarak Sosial, Isolasi, kompetisi, kerjasama dan akomodasi. Masing-masing proses sosial tersebut akan kita bahas secara singkat dalam modul ini.
A. Kontak Sosial dan Jarak Sosial
Kontak berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh. Secara harfiah artinya bersama-sama menyentuh. Secara fisik kontak baru terjadi jika terjadi relasi badaniah, tetapi sebagai gejala social tidak perlu adanya relasi badaniah, karena orang dapat burhubungan dengan orang lain tanpa menyentuh seperti berbicara atau kontak melalui teknologi komunikasi dan informasi (Soerjono Soekanto, 2013).
Kita perlu membedakan dua jenis kontak social, yaitu kontak social primer dan kontak social sekunder. Kontak primer yaitu kontak yang kembangkan secara intim dan mendalam berupa pergaulan tatap muka dimana hubungan visual dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan pendengaran senantiasa digunakan. Sedang Kontak social sekunder adalah kontak yang ditandai oleh pengaruh keadaan luar dan jarak yang lebih besar. Kedua kontak social tersebut akan mempengaruhi mental dan kepribadian individu. Mannheim mencontohkan kepribadian yang berbeda antara ibu rumah tangga dengan perempuan yang menjadi direktur perusahaan maupun perempuan politisi. Bagi Ibu rumah tangga kontak social lebih dominan dengan anggota keluarganya saja, sementara perempuan direktur perusahaan maupun politisi, pergaulannya lebih luas tentu mempengaruhi mental dan kepribadiannya (Mannheim, 1987).
Setiap kontak social secara tidak langsung menyatakan jarak social. Jarak social bisa diartikan jarak eksternal atau jarak ruang dan jarak internal atau jarak mental. Pengambilan jarak pada waktu bersamaan adalah salah satu perilaku yang penting untuk mempertahankan dan melanjutkan otoritas peradaban manusia, Misalnya demokrasi mengurangi jarak social, begitu pula dengan prestise para komandan biasanya tergantung jarak social dengan bawahannya.
Karena itu, jarak sosial secara harfiah berarti mengubah sesuatu menjadi terpencil atau terpisah, memindahkan suatu obyek yang dekat kepada suatu posisi yang jauh dari titik semula. Istilah jarak sering kita pahami sebagai bentuk ruang, berapa jarak sesuatu terhadap yang lain. Namun jarak juga bisa terkait dengan mental. Sebagai contoh, orang tersebut berjarak 5 meter dari saya, maka ini terkait ruang, tetapi kalau disampaikan seseorang memiliki jarak social dengan saya, maka ini berarti bahwa saya memiliki status social lebih tinggi dari dia atau saya memiliki status social lebih rendah dari dia.
B. Isolasi
Isolasi adalah situasi marjinal kehidupan social, situasi ini meniadakan kontak social. Bentuk isolasi yang paling sederhana adalah diciptakan oleh rintangan alam seperti pegunungan, sungai, lautan, hutan dan padang pasir. Isolasi mengakibatkan individu maupun kelompok mengalami perlambatan perkembangan. Misalkan sebuah desa yang yang terisolasi oleh pegunungan, mereka mengalami perbedaan-perbedaan orisinil karena ketiadaan kontak dengan dunia luar. Begitu pula dengan individu yang mengasingkan diri dari pergaulan dengan orang lain atau orang yang dikucilkan akan mengalami perlambatan perkembangan dan mengalami individualisasi. Individu atau kelompok ini akan menjadi individu atau kelompok yang ‘asing’ atau ‘aneh’
Menurut Mannheim, ada dua jenis isolasi yaitu isolasi ruang dan isolasi organic. Isolasi ruang adalah isolasi yang dipaksakan agar tidak terjadi kontak dengan lingkungan social seperti terjadi pada orang yang dikucilkan dari pergaulan komunitasnya atau dia dipenjara. Sedangkan yang dimaksud isolasi organic adalah gejala keterasingan karena kecacatan individu baik itu kecacatan organic maupun kecacatan social. Kecacatan organic seperti buta, tuli, dan kecacatan social seperti perasaan malu berlebih-lebihan, inferior dan superior.
Kontak berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh. Secara harfiah artinya bersama-sama menyentuh. Secara fisik kontak baru terjadi jika terjadi relasi badaniah, tetapi sebagai gejala social tidak perlu adanya relasi badaniah, karena orang dapat burhubungan dengan orang lain tanpa menyentuh seperti berbicara atau kontak melalui teknologi komunikasi dan informasi (Soerjono Soekanto, 2013).
Kita perlu membedakan dua jenis kontak social, yaitu kontak social primer dan kontak social sekunder. Kontak primer yaitu kontak yang kembangkan secara intim dan mendalam berupa pergaulan tatap muka dimana hubungan visual dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan pendengaran senantiasa digunakan. Sedang Kontak social sekunder adalah kontak yang ditandai oleh pengaruh keadaan luar dan jarak yang lebih besar. Kedua kontak social tersebut akan mempengaruhi mental dan kepribadian individu. Mannheim mencontohkan kepribadian yang berbeda antara ibu rumah tangga dengan perempuan yang menjadi direktur perusahaan maupun perempuan politisi. Bagi Ibu rumah tangga kontak social lebih dominan dengan anggota keluarganya saja, sementara perempuan direktur perusahaan maupun politisi, pergaulannya lebih luas tentu mempengaruhi mental dan kepribadiannya (Mannheim, 1987).
Setiap kontak social secara tidak langsung menyatakan jarak social. Jarak social bisa diartikan jarak eksternal atau jarak ruang dan jarak internal atau jarak mental. Pengambilan jarak pada waktu bersamaan adalah salah satu perilaku yang penting untuk mempertahankan dan melanjutkan otoritas peradaban manusia, Misalnya demokrasi mengurangi jarak social, begitu pula dengan prestise para komandan biasanya tergantung jarak social dengan bawahannya.
Karena itu, jarak sosial secara harfiah berarti mengubah sesuatu menjadi terpencil atau terpisah, memindahkan suatu obyek yang dekat kepada suatu posisi yang jauh dari titik semula. Istilah jarak sering kita pahami sebagai bentuk ruang, berapa jarak sesuatu terhadap yang lain. Namun jarak juga bisa terkait dengan mental. Sebagai contoh, orang tersebut berjarak 5 meter dari saya, maka ini terkait ruang, tetapi kalau disampaikan seseorang memiliki jarak social dengan saya, maka ini berarti bahwa saya memiliki status social lebih tinggi dari dia atau saya memiliki status social lebih rendah dari dia.
B. Isolasi
Isolasi adalah situasi marjinal kehidupan social, situasi ini meniadakan kontak social. Bentuk isolasi yang paling sederhana adalah diciptakan oleh rintangan alam seperti pegunungan, sungai, lautan, hutan dan padang pasir. Isolasi mengakibatkan individu maupun kelompok mengalami perlambatan perkembangan. Misalkan sebuah desa yang yang terisolasi oleh pegunungan, mereka mengalami perbedaan-perbedaan orisinil karena ketiadaan kontak dengan dunia luar. Begitu pula dengan individu yang mengasingkan diri dari pergaulan dengan orang lain atau orang yang dikucilkan akan mengalami perlambatan perkembangan dan mengalami individualisasi. Individu atau kelompok ini akan menjadi individu atau kelompok yang ‘asing’ atau ‘aneh’
Menurut Mannheim, ada dua jenis isolasi yaitu isolasi ruang dan isolasi organic. Isolasi ruang adalah isolasi yang dipaksakan agar tidak terjadi kontak dengan lingkungan social seperti terjadi pada orang yang dikucilkan dari pergaulan komunitasnya atau dia dipenjara. Sedangkan yang dimaksud isolasi organic adalah gejala keterasingan karena kecacatan individu baik itu kecacatan organic maupun kecacatan social. Kecacatan organic seperti buta, tuli, dan kecacatan social seperti perasaan malu berlebih-lebihan, inferior dan superior.
C. Kompetisi
Pengertian kompetisi adalah upaya secara damai oleh beberapa individu atau kelompok untuk mendapatkan sesuatu yang sama. Kompetisi dapat dibagi dalam dua bagian yaitu kompetisi perseorangan dan kompetisi antar kelompok. Walaupun kompetisi didorong oleh suatu tujuan tertentu, tetapi kompetisi dalam system social menjalankan fungsi seleksi, terutama dalam menetapkan seseorang pada suatu tempat dalam system social.
Setiap orang yang ikut dalam sebuah kompetisi akan mencoba menyesuaikan diri mereka dengan sebaik mungkin dengan kondisi khusus agar menjadi yang terbaik. Karena itu, kompetisi dapat berakibat kemajuan. Namun sisi lain kompetisi juga dapat memunculkan perasaan inferior. Adakalanya perasaan inferior bersikap aktif, dimana individu atau kelompok bersangkutan akan menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut. Tetapi adakalanya inferior itu melumpuhkan kekuatan individu, ia menerima saja kondisi inferiornya begitu saja. Perasaan inferior aktif biasanya lahir dari kompetisi yang bebas. Sementara yang kedua muncul dalam kompetisi yang mengandung perilaku otoriter dari mereka yang mendominasi individu yang berada dalam posisi yang lemah. Secara sosiologis, kompetisi berdampak dan merusak solidaritas social. Kompetisi individu cenderung memecah solidaritas kelompok.
Persaingan merupakan proses sosial dimana individu dan atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidnag-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum. Kompetisi terjadi ketika muncul ketidakseimbangan bagi suplai kebutuhan utama manusia. W.H Hamilton menyampaikan bahwa bentuk dasar kompetisi adalah ketika kebutuhan populasi/kelompok masyarakat tidak terpuaskan dan dunia tidak memiliki persedian yang cukup untuk semua makhluk hidup.
Tipe-tipe persaingan:
Sepanjang kompetisi bekerja menurut cara-cara yang konstruktif, maka ia akan memaksa individu untuk meningkatkan usaha perseorangannya dan mendorong untuk berprestasi semaksimalnya. Tetapi kemungkinan lain kompetisi berakibat berlawan dengan tujuan-tujuan. Karena itu kompetisi secara bebas harus selalu disertai oleh peraturan yang mengikat dan standar yang diterima secara umum. Disinilah fungsinya ‘fair play’. Menurut Cooley fair play merupakan prinsip penting dalam kompetisi.
Pengertian kompetisi adalah upaya secara damai oleh beberapa individu atau kelompok untuk mendapatkan sesuatu yang sama. Kompetisi dapat dibagi dalam dua bagian yaitu kompetisi perseorangan dan kompetisi antar kelompok. Walaupun kompetisi didorong oleh suatu tujuan tertentu, tetapi kompetisi dalam system social menjalankan fungsi seleksi, terutama dalam menetapkan seseorang pada suatu tempat dalam system social.
Setiap orang yang ikut dalam sebuah kompetisi akan mencoba menyesuaikan diri mereka dengan sebaik mungkin dengan kondisi khusus agar menjadi yang terbaik. Karena itu, kompetisi dapat berakibat kemajuan. Namun sisi lain kompetisi juga dapat memunculkan perasaan inferior. Adakalanya perasaan inferior bersikap aktif, dimana individu atau kelompok bersangkutan akan menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut. Tetapi adakalanya inferior itu melumpuhkan kekuatan individu, ia menerima saja kondisi inferiornya begitu saja. Perasaan inferior aktif biasanya lahir dari kompetisi yang bebas. Sementara yang kedua muncul dalam kompetisi yang mengandung perilaku otoriter dari mereka yang mendominasi individu yang berada dalam posisi yang lemah. Secara sosiologis, kompetisi berdampak dan merusak solidaritas social. Kompetisi individu cenderung memecah solidaritas kelompok.
Persaingan merupakan proses sosial dimana individu dan atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidnag-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum. Kompetisi terjadi ketika muncul ketidakseimbangan bagi suplai kebutuhan utama manusia. W.H Hamilton menyampaikan bahwa bentuk dasar kompetisi adalah ketika kebutuhan populasi/kelompok masyarakat tidak terpuaskan dan dunia tidak memiliki persedian yang cukup untuk semua makhluk hidup.
Tipe-tipe persaingan:
- Persaingan Ekonomi;
- Persaingan Kebudayaan
- Persaingan Kedudukan dan Peran
- Persaingan Ras
Sepanjang kompetisi bekerja menurut cara-cara yang konstruktif, maka ia akan memaksa individu untuk meningkatkan usaha perseorangannya dan mendorong untuk berprestasi semaksimalnya. Tetapi kemungkinan lain kompetisi berakibat berlawan dengan tujuan-tujuan. Karena itu kompetisi secara bebas harus selalu disertai oleh peraturan yang mengikat dan standar yang diterima secara umum. Disinilah fungsinya ‘fair play’. Menurut Cooley fair play merupakan prinsip penting dalam kompetisi.
D. Kerjasama
Kompetisi adalah suatu kekuatan yang mendesak orang untuk bertindak berlawanan satu sama lain. Sedangkan kerjasama adalah suatu aktifitas yang menyatukan. Kesamaan pendapat, simpati, saling tolong-menolong adalah kekuatan mempersatukan yang sangat penting. Secara sederhana kerja sama diartikan ketika sekelompok orang bergabung/bekerja bersama-sama untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Kerjasama akan menghasilkan integrasi didalam kelompok/masyarakat. Kerja sama merupakan bentuk interaksi yang tidak begitu menarik perhatian para sosilog. Kerja sama ini ada bentuknya spontan (Spontaneous cooperation), langsung (directed coeepration), kontrak (contractual cooperation) dan kerjasama tradisional (traditional cooperation), yang terbagi dalam lima bentuk kerjasama:
E. Akomodasi
Akmodasi merupakan aspek interaksi sosial yang diikuti konflik. Akomodasi merupakan terminology yang digunakan sosilog untuk menjelaskan sebuah proses adaptasi antara individu/kelompok yang bertentangan. Dalam akomodasi kerja sama dan konflik hadir disaat yang bersamaan. Beberapa sosiolog seperti Summer menamakan akomodasi sebagai kerjasama antagonis. Semakin bersahabat sebuah lingkungan, semakin besar kemungkinan untuk bekerjasama, dan sebaliknya. Sebagai contoh, kehidupan Negro di masa perang sipil Amerika. Pada masa itu ada dua kelas budak yakni yang bekerja di lahan-lahan dan yang bekerja di rumah. Para budak yang bekerja di rumah-rumah memiliki status sosial yang lebih tinggi disbanding budak-budak yang bekerja di luar rumah/lahan-lahan. Budak-budak di rumah tangga memiliki status yang lebih tinggi karena terkait dengan fakta kedekatan mereka dengan majikan dan kemungkinan kecil dari mereka untuk pergi meninggalkan majikannya. Sehingga terbentuklah proses akomodasi seperti kebebasan, sub-ordinasi, kompromi, toleransi, konversi dsb.
Hasil dari akomodasi dalam masyarakat yakni:
Daftar Pustaka
Kompetisi adalah suatu kekuatan yang mendesak orang untuk bertindak berlawanan satu sama lain. Sedangkan kerjasama adalah suatu aktifitas yang menyatukan. Kesamaan pendapat, simpati, saling tolong-menolong adalah kekuatan mempersatukan yang sangat penting. Secara sederhana kerja sama diartikan ketika sekelompok orang bergabung/bekerja bersama-sama untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Kerjasama akan menghasilkan integrasi didalam kelompok/masyarakat. Kerja sama merupakan bentuk interaksi yang tidak begitu menarik perhatian para sosilog. Kerja sama ini ada bentuknya spontan (Spontaneous cooperation), langsung (directed coeepration), kontrak (contractual cooperation) dan kerjasama tradisional (traditional cooperation), yang terbagi dalam lima bentuk kerjasama:
- Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong;
- Bargaining : pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-berang dan jasa-jasa antar dua organisasi atau lebih;
- Kooptasi : proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan;
- Koalisi : kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif.
- Joint Venture : kerjasama dalam dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan dll.
Akmodasi merupakan aspek interaksi sosial yang diikuti konflik. Akomodasi merupakan terminology yang digunakan sosilog untuk menjelaskan sebuah proses adaptasi antara individu/kelompok yang bertentangan. Dalam akomodasi kerja sama dan konflik hadir disaat yang bersamaan. Beberapa sosiolog seperti Summer menamakan akomodasi sebagai kerjasama antagonis. Semakin bersahabat sebuah lingkungan, semakin besar kemungkinan untuk bekerjasama, dan sebaliknya. Sebagai contoh, kehidupan Negro di masa perang sipil Amerika. Pada masa itu ada dua kelas budak yakni yang bekerja di lahan-lahan dan yang bekerja di rumah. Para budak yang bekerja di rumah-rumah memiliki status sosial yang lebih tinggi disbanding budak-budak yang bekerja di luar rumah/lahan-lahan. Budak-budak di rumah tangga memiliki status yang lebih tinggi karena terkait dengan fakta kedekatan mereka dengan majikan dan kemungkinan kecil dari mereka untuk pergi meninggalkan majikannya. Sehingga terbentuklah proses akomodasi seperti kebebasan, sub-ordinasi, kompromi, toleransi, konversi dsb.
Hasil dari akomodasi dalam masyarakat yakni:
- Integrasi masyarakat;
- Menekan oposisi;
- Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda;
- Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru;
- Perubahan-perubahan dalam kedudukan;
- Membuka jalan kea rah asimilas.
Daftar Pustaka
- Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi: Suatu Pengantar: Jakarta: Rajawali Pers
- Sunarto, Kamanto, 2000, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
- Mannheim, Karl, 1985, Systematic Sociology Terjemahan, Jakarta, Bina Aksara.
- Ritzer, George dan Goodman,J,Douglas, 2004, Modern Sociological Theory, terjemahan, Jakarta, Prenada Media.
Sekian artikel tentang Pengertian Proses Sosial dan Contoh Menurut Para Ahli.