image source: gstatic.com |
baca juga: Skoring, Interpretasi, dan Mengkomunikasikan Hasil Tes EPPS
MMPI adalah sebuah kuesioner terstandar untuk mendapatkan deskripsi diri yang kemudian di skor untuk memberikan pengukuran kuantitatif dari tingkat penyesuaian emosional seseorang dan test taking attitude (sikap terhadap pengerjaan tes). Oleh karena perkembangan awalnya oleh Hathway dan McKinley pada 1940, MMPI telah menjadi inventory kepribadian klinis yang paling banyak digunakan, dengan lebih dari 10.000 referensi penelitian (Archer et al., 2006; Boccaccini & Brodsky, 1999; Camara et al., 2000; C. Piotrowski, 1999). Jadi, selain kegunaan klinisnya, MMPI telah menstimulasi begitu banyak literatur. Format tes MMPI tahun 1943 terdiri atas pernyataan afirmatif yang dapat di jawab dengan “Benar” atau “Salah”. Jumlah item-nya kemudian di tambah menjadi 566 dengan dimasukannya beberapa item ulangan dan skala 5 (masculinity-femininity) dan 0 (social inventory).
Standarisasi tahun 1989 mempertahankan format dasar yang sama, tetapi mengubah, membuang, dan/atau menambahkan sejumah item, yang membuat totalnya menjadi 567. Kategori-kategori respon yang berbeda dapat di skor dengan manual atau komputer dan dirangkum pada sebuah lembar profil. Skor seorang individu seperti yang direpresentasikan pada form profil itu kemudian dapat diperbandingkan dengan skor-skor yang didapatkan dari berbagai macam sampel normatif yang berbeda. MMPI yang asli mempunyai 13 skala standar, 3 diantaranya berhubungan dangan validitas dan 10 lainnya berhubungan dangan indeks-indeks klinis dan kepribadian.
MMPI-2 dan MMPI-A yang lebih baru mempertahankan 10 skala klinis/kepribadian maupun 3 skala validitas aslinya, namun jumlah total skala validitasnya ditambah. Skala-skala klinis dan kepribadiannya dikenali melalui nomor-nomor skala dan oleh singkatan skalanya. Opsi-opsi tambahan tersedia untuk memperhalus makna skala-skala klinisnya dan memberikan informasi tambahan. Opsi-opsi ini termasuk skala-skala yang didasarkan pada isi item (skala-skala isi), penyempurnaan dari skala-skala klinis (skala-skala klinis yang direstrukturisasi), sub-subskala untuk skala-skala klinis dan kepribadian yang didasarkan pada klaster-klaster beberapa item terkait isi (sub-subskala Harris-Lingoes), asesmen beberapa item dan klaster-klaster item yang berhubungan dengan dimensi-dimensi yang relevan dan skala-skala baru yang didapatkan secara empiris (skala-skala suplementer). Hasil pengembangan ini amat beragam dan merupakan tes secara potensial dan berguna, yang dapat di interpretasi, disempurnakan, dan diperluas dari berbagai perspektif yang berbeda.
Validitas dan Realibilitas Tes MMPI
Reabilitas MMPI orsinil menunjukkan bahwa MMPI mempunyai tingkat stabilitas temporal dan konsistensi internal yang sedang-sedang saja. Sebagai contoh: Hunsley, Hanson, dan Parker (1988) melaksanakan sebuah meta-analisis terhadap studi-studi yang dilakukan terhadap MMPI antara tahun 1970 dan 1981 dan menyimpulkan, ”Semua skala MMPI cukup reliabel, yang nilai-nilainya berkisar mulai serendah 0,71 (Skala Ma) sampai setinggi 0,84 (Skala Pt)”. Analisis mereka didapatkan dari studi-studi yang memasukkan berbagai macam populasi, intervalnya berkisar mulai satu hari sampai dua tahun, dan ukuran sampel gabungannya lebih dari 5.000. Sedangkan reabilitas MMPI-2 dilaporkan menunjukkan realibilitas tes-retes yang sedang saja. Reabilitas tes-retes dihitung untuk populasi yang sempit selama interval. Reliabilitas untuk laki-laki normal selama interval pengetesan ulang rata-rata selama 8,58 hari (Mdn = 57 hari) berkisar antara serendah 0,67 untuk skala 6 sampai setinggi 0,92 untuk skala 0 (Butcher et al., 1989). Sampel perempuan yang paralel selama interval pengetesan ulang yang sama menghasilkan reliabilitas yang serupa, yang berkisar mulai dari 0,58 (Skala 6) sampai 0,91 (Skala 0). Stadar error of measurement untuk skala-skala yang berbeda berkisar mulai dari 2 sampai 3 poin skor kasar (Butcher et al., 1989, 2001; Munley, 1991).
Salah satu kesulitan MMPI-MMPI-2 terletak pada pengonstruksian skala-skala itu. Interkorelasi di antara banyak skala yang cukup tinggi, terutama diakibatkan oleh derajat tumpang tindih antar item yang tinggi. Kadang-kadang, item yang sama digunakan secara simultan untuk penskoran beberapa skala yang berbeda, dan sebagian besar skala mempunyai beberapa item yang sama dengan skala-skala lain dengan proposi yang cukup besar. Contoh : Skala 7 (Psikastenia) dan 8 (Skizofrenia) mempunyai tumpang-tindih yang tinggi, yang terefleksi dalam korelasi yang berkisar mulai dari 0,64 sampai 0,87, tergantung populasi yang diambil sampelnya (Butcher et al., 1989; Dahlstrom & Welsh, 1960). Sebagian pembelaan atas tumpang tindih item ini adalah untuk variabel-variabel multidimensional yang kompleks seperti sindrom-sindrom patologis, hubungan-hubungan penting memang diharapkan adanya dengan konstrak-konstrak yang serupa. Jika konstrak-konstrak yang lain tersebut diukur pada tes yang sama, maka diharapkan ada tumpang tindih skala pada sindrom-sindrom yang saling terkait secara teoritis maupun klinis (Dahlstrom et al., 1972). Contoh : depresi adalah sebuah fitur lazim di antara beberapa kategori psikopatologis. Jadi secara teoritis depresi yang berkaitan dengan kondisi tertentu seperti hipokondriasis, skizofrenia, dan kecemasan, akan menghasilkan skala-skala yang bila diinterkorelasikan, akan tetap mempunyai makna subtil dan berbeda secara klinis (Broughton, 1984). Jadi, multidimensional skala-skala dikombinasikan dengan tumpang-tindih item tidak akan menjadikan kelemahan yang berarti, justru merupakan sesuatu yang diharapkan mengingat sifat konstrak-konstraknya. Akan tetapi, interpretasi yang akurat perlu mengingat berbagai perbedaan dan persamaan subtil di antara skala-skala.
Penggunaan Tes MMPI pada Kelompok-Kelompok yang Beragam
1. Usia
Kadang-kadang klinis dihadapkan pada keputusan-keputusan apakah menggunakan MMPI-2 atau MMPI-A untuk mereka yang berumur 18 tahun. Jika mereka hidup mandiri dan relatif matang, MMPI-2-lah yang seharusnya di pakai (Graham, 2006). Sebaliknya, jika mereka masih tinggal di rumah orangtua dan relatif belum matang, MMPI-A yang direkomendasikan. Ketika seseorang semakin tua, energi mereka pada umumnya berkurang dan fokus mereka terhadap kesehatan meningkat. Meskipun demikian, tren ini terefleksi dalam skor-skor pada MMPI-2 untuk orang dewasa yang lebih tua, perubahan-perubahan ini relatif cukup kecil (kurang dari 5 skor T) dan secara klinis tidak signifikan (Graham, 2006). Jadi, menggunakan norma yang terpisah untuk orang dewasa yang lebih tua tidak disarankan.
2. Etnisitas
MMPI/MMPI-2 telah diteliti secara eksentif untuk menentukan seberapa tepat penggunaannya untuk kelompok-kelompok yang beragam secara kultural. Penelitian dipusatkan di seputar kelompok-kelompok (minoritas) yang berbeda secara klinis di Amerika Serikat maupun penggunaannya di berbagai negara. Ada begitu banyak alasan yang mungkin mengapa orang dari kelompok-kelompok budaya yang mendapatkan skor yang condong ke arah tertentu. Meskipun skor-skor mungkin merupakan hasil pengukuran yang akurat terhadap beberapa ciri-sifat kepribadian yang berbeda, mereka mungkin juga merupakan akibat kecenderungan budaya untuk menerima tanpa membantah dengan memberikan respon yang secara sosial diharapkan, keyakinan yang berbeda tentang kerendahan hati, konflik peran, atau interpersepsi yang berbeda-beda terhadap makna beberapa item-nya. Profil mungkin juga merefleksikan hasil diskriminasi rasial dalam arti bahwa skala-skala yang berkaitan dengan kemarahan, implusivitas, dan frustasi mungkin terelevasi.
Sekian artikel tentang Pengertian, Kegunaan, dan Metode Tes MMPI Menurut Ahli.